Sayyidina Umar Ibn Al-Khattab (586-644)

Juli 18, 2009 at 9:17 am 3 komentar

Makam Sayyidina UmarUmar Ibn al-Khattab adalah khalifah kedua, dan mungkin terbesar dari semua khalifah Islam. Dia sejaman namun lebih berusia muda ketimbang Nabi Muhammad. Dan seperti juga Nabi Muhammad, dia kelahiran Mekkah. Tahun kelahirannya tidak diketahui, tetapi menurut taksiran tahun-586.

Asal-muasalnya Sayyidina`Umar Ibn al-Khattab merupakan musuh yang paling ganas dan beringas, menentang Nabi Muhammad dan Agama Islam habis-habisan. Tetapi, mendadak dia memeluk agama baru itu dan berbalik menjadi pendukung gigih. (Ini ada persamaannya yang menarik dengan ihwal St. Paul terhadap Kristen). Sayyidina `Umar Ibn al-Khattab selanjutnya menjadi penasihat terdekat Nabi Muhammad dan begitulah dilakukannya sepanjang umur Nabi Muhammad.

Tahun 632 Nabi Muhammad wafat, tanpa menunjuk penggantinya. Sayyidina Umar dengan cepat mendukung
Sayyidina Abu Bakr sebagai pengganti, seorang kawan dekat Nabi dan juga mertua beliau. Langkah ini mencegah ada kekuatan dan memungkinkan Sayyidina Abu Bakr secara umum diakui sebagai khalifah pertama, semacam “pengganti” Nabi Muhammad. Sayyidina Abu Bakar merupakan pemimpin yang berhasil tetapi beliau wafat sesudah jadi khalifah hanya selama dua tahun. Tetapi, Sayyidina Abu Bakr menunjuk Sayyidina `Umar jadi khalifah tahun 634 dan memegang kekuasaan hingga tahun 644 tatkala dia terbunuh di Madinah oleh perbuatan seorang budak Persia. Di atas tempat tidur menjelang wafatnya, `Umar menunjuk sebuah panita terdiri dari enam orang untuk memilih penggantinya. Dengan demikian lagi-lagi kesempatan adu kekuatan untuk kekuasaan terjauh. Panitia enam orang itu menunjuk Sayyidina `Uthman selaku khalifah ke-3 yang memerintah tahun 644-656.

Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun Sayyidina `Umar itulah penaklukan-penaklukan penting dilakukan orang Arab. Tak lama sesudah Sayyidina `Umar pegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Arab menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Arab berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan Arab telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Arab menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.

Penyerangan Arab terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum Sayyidina `Umar naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Arab terletak pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Sayyidina `Umar. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Arab. Dan bukan cuma itu: pasukan Arab bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642) mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Sayyidina `Umar di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Sayyidina `Umar wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara.

Sama pentingnya dengan makna penaklukan-penaklukan yang dilakukan Sayyidina `Umar adalah kepermanenan dan kemantapan pemerintahannya. Iran, kendati penduduknya masuk Islam, berbarengan dengan itu mereka memperoleh kemerdekaannya dari pemerintahan Arab. Tetapi Suriah, Irak dan Mesir tidak pernah peroleh hal serupa. Negeri-negeri itu seluruhnya di-Arabkan hingga saat kini.

Sayyidina `Umar sudah barangtentu punya rencana apa yang harus dilakukannya terhadap daerah-daerah yang sudah ditaklukkan oleh pasukan Arab. Dia memutuskan, orang Arab punya hak-hak istimewa dalam segi militer di daerah-daerah taklukan, mereka harus berdiam di kota-kota tertentu yang ditentukan untuk itu, terpisah dari penduduk setempat. Penduduk setempat harus bayar pajak kepada penakluk Muslimin (umumnya Arab), tetapi mereka dibiarkan hidup dengan aman dan tenteram. Khususnya, mereka tidak dipaksa memeluk Agama Islam. Dari hal itu sudahlah jelas bahwa penaklukan Arab lebih bersifat perang penaklukan nasionalis daripada suatu perang suci meskipun aspek agama bukannya tidak memainkan peranan.

KeberhasilanSayyidina `Umar betul-betul mengesankan. Sesudah Nabi Muhammad, dia merupakan tokoh utama dalam hal penyerbuan oleh Islam. Tanpa penaklukan-penaklukannya yang secepat kilat, diragukan apakah Islam bisa tersebar luas sebagaimana dapat disaksikan sekarang ini. Lebih-lebih, kebanyakan daerah yang ditaklukkan dibawah pemerintahannya tetap menjadi Arab hingga kini. Jelas, tentu saja, Nabi Muhammadlah penggerak utamanya jika dia harus menerima penghargaan terhadap perkembangan ini. Tetapi, akan merupakan kekeliruan berat apabila kita mengecilkan saham peranan Sayyidina `Umar. Penaklukan-penaklukan yang dilakukannya bukanlah akibat otomatis dari inspirasi yang diberikan Nabi Muhammad. Perluasan mungkin saja bisa terjadi, tetapi tidaklah akan sampai sebesar itu kalau saja tanpa kepemimpinan Sayyidina `Umar yang brilian.

Memang akan merupakan kejutan –buat orang Barat yang tidak begitu mengenal Sayyidina `Umar– membaca penempatan orang ini lebih tinggi dari pada orang-orang kenamaan seperti Charlemagne atau Julius Caesar dalam urutan daftar buku ini. Soalnya, penaklukan oleh bangsa Arab di bawah pimpinan Sayyidina `Umar lebih luas daerahnya dan lebih tahan lama dan lebih bermakna ketimbang apa yang diperbuat oleh Charlemagne maupun Julius Caesar.

Sumber : Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Michael H. Hart

Entry filed under: Khulafaur Rasyidin, Kisah Sahabat. Tags: , , .

Salamah bin al-Akwa’ – Pahlawan Pasukan Jalan Kaki Imam Ali Bin Abi Tholib ra

3 Komentar Add your own

  • 1. Rudiana  |  Desember 27, 2009 pukul 10:55 am

    Alhamdulillah, ada artikel seperti ini.Semoga bermanfaat.Amin Ya Allah. Jangan Kau sia-siakan hamba-Mu yang mau berjuang di Jalan-Mu, Ya Allah.

    Balas
  • 2. Sam  |  Agustus 27, 2010 pukul 1:08 pm

    Subhanallah….

    Balas
  • 3. mufid  |  Oktober 11, 2012 pukul 3:30 am

    alhmdullilah ko’ masih ad org yg mau menyebarkan islam lewat internet meskipun dengan tulisan sprti aq suka hamba allah by latansa

    Balas

Tinggalkan komentar

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Asmaul Husna


Ayat – Ayat Al Qur’an

Doa – Doa

 

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي

“Wahai Rabbku, berikanlah taufik bagiku untuk bersyukur atas nikmat-Mu yang Kau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan untuk menunaikan amal shalih yang Engkau ridhai, dan berikanlah kebaikan pada keturunanku.” (Q.S. Al-Ahqaf:15)

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيْمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ

“Ya Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Rabb kami, perkenankanlah doaku. Ya Rabb kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan seluruh orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (Q.S. Ibrahim:40-41)

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا

“Ya Allah, anugrahkanlah kepada kami istri-istri dan anak-anak kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S Al-Furqan:74)

Kategori

Jadwal Sholat

Sponsor

Blog Stats

  • 80.984 hits

Feeds